PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

Nama Penulis: Ali Nurdin, S.Pd.I
Email: kaptenali1992@gmail.com
Tanggal Pembuatan: 17 Mei 2021

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru maupu peserta didik penting untuk mengetahui tercapai tatau idaknya tujuan pembelajaran pada saat ataupun setelah proses pembelajaran berlangsung. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, guru hendaknya menyusun program pengajaran sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas.

Program Pengajaran Biologi merupakan kumpulan beberapa perangkat pembelajaran yang disusun dan dirangkai menjadi suatu kesatuan prosedur yang digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara menyeluruh oleh siswa.

Biologi sebagai salah satu bidang pendidikan ilmu pengetahuan alam menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, mengomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, serta menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar.

  1. Program Pembelajaran Biologi

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Sedangkan menurut Majid (2014: 6) Pembelajaran merupakan suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar. Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik.

Menurut Susilana (2008:2) Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak, yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process) sebab sesuatu dikatakan hasil belajar jika memenuhi ciri-ciri berikut.

  1. Belajar sifatnya disadari, dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya sedang belajar, timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untuk memiliki pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan-tahapan dalam belajar sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen.
  2. Hasil belajar diperoleh dengan adanya proses, tidak dengan spontan.
  3. Belajar membutuhkan interaksi.

Kaitanya bahwa belajar membutuhkan interaksi, hal ini menunjukan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang didalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang lain (penerima pesan). Banyak guru menemui kesulitan dalam merancang dan mendesain pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan gaya belajar siswa.

Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program, karena pembelajaran yang baik memerlukan perencanaan yang matang. Program pembelajaran adalah rancangan atau perencanaan satu unit atau kesatuan kegiatan yang berkesinambungan dalam proses pembelajaran, yang memiliki tujuan, dan melibatkan sekelompok orang (guru dan siswa) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang dimaksud adalah pencapaian hasil belajar yang berasal dari standar kompetensi. Dalam pengertian tersebut ada empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:

  1. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama.
  2. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain, dengan kata lain ada keterkaitan antar kegiatan sebelum dengan kegiatan sesudahnya.
  3. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi non formal bukan kegiatan individual.
  4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaanya melibatkan banyak orang, bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada kaitannya dengan kegiatan orang lain.

Biologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata bios dan logos. Bios berarti hidup dan logos berarti ilmu. Jadi biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang hidup serta masalah-masalah yang menyangkut kehidupan. Biologi mengkaji semua makhluk hidup, tidak hanya tumbuhan dan hewan yang hidup di muka bumi ini, akan tetapi tumbuhan dan hewan yang hidup di masa lampau bahkan di tempat-tempat lain jika mungkin ada kehidupan.

Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Jadi pada dasarnya, pelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui” dan cara mengerjakan” yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam.

Baca Juga :  EKSISTENSI GURU DALAM MERANCANG MASA DEPAN

Biologi menjadi wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai serta tanggungjawab sebagai seorang warga negara yang bertanggungjawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa, negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mata pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga biologi  bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.

  • Kekhasan Pembelajaran Biologi

Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan fakta-fakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi(Sudjoko, 2001:2).

Pembelajaran biologi pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk menghantarkan siswa ke tujuan belajarnya, dan biologi itu sendiri berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Biologi sebagai ilmu dapat diidentifikasikan melalui objek, benda alam, persoalan/gejala yang ditunjukkan oleh alam, serta proses keilmuan dalam menemukan konsep-konsep biologi.

Proses pembelajaran biologi merupakan penciptaan situasi dan kondisi yang kondusif sehingga terjadi interaksi antara subjek didik dengan objek belajarnya yang berupa makhluk hidup dan segala aspek kehidupannya. Melalui interaksi antara subjek didik dengan objek belajar dapat menyebabkan perkembangan proses mental dan sensori motorik yang optimal pada diri siswa.

Berdasarkan buku panduan  guru biologi (2017), mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dan penyelesaian masalah bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang lainnya. Mata pelajaran biologi di SMA merupakan kelanjutan IPA di SMP yang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

  1. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup, hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan perubahan energi, peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.
  2. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan, hewan dan manusia serta penerapannya dalam konsep sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
  3. Proses yang tejadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi, bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

Pembelajaran biologi di sekolah menengah juga harus memperhatikan karakteristik perkembangan peserta didik yang sedang berada pada periode operasi formal. Periode ini yang berkembang pada peserta didik adalah kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami hal-hal yang bersifat imajinatif (dari abstrak menuju konkrit). Dalam hal ini harus diperhatikan karena peserta didik mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda satu sama lain.

  • Pembelajaran Biologi dalam Kurikulum 2013

Program pembelajaran biologi merupakan kumpulan beberapa perangkat pembelajaran yang disusun dan dirangkai menjadi suatu kesatuan prosedur yang digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara menyeluruh oleh siswa.

Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk aktif mencari, mengolah, mengonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Hal ini menyebabkan pembelajaran harus berkenaan dengan pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk mengonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ideidenya. Guru memberikan kemudahan untuk proses tersebut, dengan mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada peserta didik untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik ke pemahaman yang lebih tinggi, yang semula dilakukan dengan bantuan guru tetapi semakin lama semakin mandiri. Pemahaman pembelajaran bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”.

Kurikulum 2013 mengembangkan dua proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis.

Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan instructional effect. Pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan KD dari pengetahuan dan keterampilan. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan sikap.

Baca Juga :  Selamat dan Sukses Terbitnya Artikel Pekan Kedua Bulan September 2022

Pembelajaran langsung dan tidak langsung berkaitan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pada Kurikulum 2013, pendekatan yang direkomendasikan adalah pendekatan ilmiah (scientific approach). Peserta didik diajak untuk melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai keterampilan proses ilmiah dengan prosedur metode ilmiah yang sesuai dengan perkembangan peserta didik.  Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah, terdiri atas lima pengalaman belajar, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi (menalar), dan mengomunikasikan.

  1. Mengamati

Pada kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, membaca, meraba, membaui (mencium), merasakan dengan menggunakan panca indra. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memerhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

  • Menanya

Selama kegiatan mengamati dan dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan mengenai apa yang diperolehnya selama mengamati. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan tersebut dapat bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru (masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan) sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Kegiatan bertanya dilatihkan untuk mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari berbagai sumber.

  • Mengumpulkan informasi

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memerhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi untuk kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

  • Mengasosiasikan (Menalar)

Pada tahap menalar, peserta didik mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk kegiatan membuat kategori, menghubungkan informasi yang berkaitan dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya. Peserta didik diajak berpikir untuk mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari beberapa fakta atau konsep, dan keterkaitan antarberbagai jenis fakta atau konsep.

  • Mengomunikasikan Hasil

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut dikemukakan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik.

  • Pengembangan Model Pembelajaran Biologi
  • Pembelajaran berbasis inkuiri

Kata inkuiri berasal dari bahasa inggris, yaitu ‘to inquire’ yang berarti bertanya atau menyelidiki. Pertanyaan merupakan inti dari pembelajaran berbasis inkuiri. Pertanyaan dapat menuntun untuk melakukan penyelidikan sebagai usaha peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Ada beberapa penjelasan mengenai pembelajaran inkuiri telah dikemukakan oleh beberapa ahli.

Joyce dan Weil dalam buku panduan guru biologi (2017) mengemukakan bahwa inti dari pembelajaran inkuiri adalah melibatkan peserta didik dalam masalah penyelidikan nyata dengan menghadapkan mereka dengan cara penyelidikan (investigasi), membantu mereka mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam wilayah investigasi, dan meminta mereka merancang cara mengatasi masalah. Melalui inkuiri peserta didik belajar menjadi seorang ilmuwan dalam menyusun pengetahuan. Selain itu, peserta didik belajar menghargai ilmu dan mengetahui keterbatasan pengetahuan dan ketergantungan satu dengan yang lainnya.

Ahli pendidikan IPA banyak menganjurkan bahwa pengajaran IPA harus menekankan inkuiri. Wayne Welch, seorang pendidik sains di Universitas Minnesota berpendapat bahwa teknik yang dibutuhkan untuk mengajar ilmu pengetahuan alam yang efektif adalah sama dengan yang digunakan untuk penyelidikan ilmiah yang efektif. Dengan demikian metode yang digunakan oleh para ilmuwan harus menjadi bagian integral dari metode yang digunakan dalam kelas IPA. Banyak ahli yang berpikir bahwa metode penyelidikan ilmiah sebagai proses inkuiri.

Wilson dan Murdoch dalam buku panduan guru biologi (2017) mengidentifikasi karakteristik umum pembelajaran berbasis inkuiri sebagai berikut: (1) berpusat pada peserta didik, (2) menekankan proses dan pengembangan keterampilan, (3) melibatkan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, (4) berbasis konseptual, (5) mendorong interaksi peserta didik,(6) membangun pengetahuan berdasarkan pengetahuan sebelumnya, (7) memanfaatkan dan mempertimbangkan minat peserta didik, (8) pengalaman langsung, (9) mengintegrasikan refleksi dan metakognisi, (10) penerapan ide-ide, (11) mengeksplorasi aspek afektif belajar, (12) memunculkan perspektif yang berbeda dan menangkap nilai-nilai.

  • Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning)

Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang pada mulanya dikembangkan untuk pembelajaran biologi medis pada tahun 1980-an (Waterman, 1998). Woods (1996) menyatakan bahwa PBL merupakan salah satu pilihan model pembelajaran yang paling menarik dan berdaya guna selama lebih dari 30 tahun terakhir, terutama dalam bidang kedokteran. PBL saat ini telah diterapkan pada berbagai bidang kajian. Melalui model PBL, peserta didik diharapkan memiliki keterampilan memecahkan masalah untuk dapat berperan aktif di masa depan secara global, mampu mengembangkan kemampuan dan karakter-karakter seperti berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah, gemar bekerja sama, terampil mengatur waktu, bertanggung jawab terhadap proses pembelajarannya sendiri (kemampuan metakognisi), bekerja dalam kerangka multi disiplin, berjiwa kepemimpinan tinggi, bertanggung jawab, beretika, berani mengambil keputusan, dan sikap atau karakter positif lainnya.

Baca Juga :  MENINGKATKAN PERANAN SISWA DALAM MENGATASI PEMANASAN GLOBAL

Sockalingam dan Schmidt (2011) menjelaskan bahwa PBL didasarkan pada prinsip bahwa peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga bahwa mereka tahu bagaimana menerapkan pengetahuan ini dalam situasi nyata. Pada pembelajaran PBL, peserta didik membahas dan menganalisis masalah dalam kelompok. Hal ini menyebabkan beberapa isu atau topik yang membutuhkan eksplorasi. Peserta didik kemudian menggunakan isu atau topik yang belum terselesaikan sebagai pedoman untuk mengarahkan kegiatan belajar mereka. Arends (2008) menjelaskan ciri-ciri PBL seperti berikut ini.

  1. Mengajukan pertanyaan atau masalah

Problem Based Learning (PBL) mengorganisasikan pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan secara pribadi bermakna bagi peserta didik. Pertanyaan dan masalah tersebut hendaknya terkait dengan situasi kehidupan nyata, diupayakan menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk pertanyaan dan masalah tersebut.

  • Berfokus pada keterkaitan antardisiplin

Masalah aktual hendaknya dipilih untuk dikaji pemecahannya, yang dapat ditinjau dari berbagai segi, meskipun PBL berpusat pada mata pelajaran tertentu (seperti IPA, matematika, atau IPS). Sebagai contoh, masalah pencemaran, dapat ditinjau dari segi biologi, ekonomi, kesehatan, sosial, dan sebagainya.

  • Penyelidikan autentik

Problem Based Learning (PBL) menghendaki peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian masalah yang nyata. Peserta didik hendaknya menganalisis dan menentukan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Model yang digunakan tergantung pada masalah yang sedang dikaji.

  • Menghasilkan dan memamerkan produk atau hasil karya

Problem Based Learning (PBL) menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam berbagai bentuk seperti presentasi laporan, transkrip debat, model fisik, video, program komputer, atau yang lain. Produk tersebut bertujuan untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan peserta didik pada peserta didik-peserta didik yang lain.

  • Kerja sama

Problem Based Learning (PBL) juga dicirikan oleh adanya kerja sama antarpeserta didik, dalam bentuk berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama antarpeserta didik dapat memberikan motivasi untuk bekerja bersama dalam tugas-tugas yang lebih kompleks dan meningkatkan peluang untuk berbagi inkuiri dan berdialog untuk mengembangkan keterampilan sosial.

  • Pembelajaran berbasis Proyek (Project based learning)

Project Based Learning (PjBL) dan Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa kesamaan karakteristik. Keduanya adalah model pembelajaran yang dimaksudkan untuk melibatkan peserta didik di dalam tugas-tugas autentik dan dunia nyata agar dapat memperluas belajar mereka. Peserta didik diberi tugas proyek atau problem yang open-ended dengan lebih dari satu pendekatan atau jawaban. Kedua model ini juga dinyatakan sebagai model yang student-centered, dan menempatkan peranan guru sebagai fasilitator. Peserta didik dilibatkan dalam PjBL atau PBL, bekerja di dalam kelompok secara kolaboratif dan didorong mencari berbagai informasi dari berbagai sumber yang berhubungan dengan proyek atau masalah yang dikerjakan. Model ini menekankan pengukuran hasil belajar autentik dengan basis unjuk kerja (performance-based assessment).

Project Based Learning (PjBL) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh peserta didik dapat berupa proyek mandiri atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Proyek tersebut berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan peserta didik. Pembelajaran berbasis proyek merupakan bagian dari model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik studentcentered).Project Based Learning (PjBL) dirancang supaya peserta didik melakukan penyelidikan untuk mengetahui hal yang kompleks, bukan untuk mengetahui informasi faktual semata. Penerapan PjBL telah menunjukan bahwa model tersebut sanggup membuat peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan faham konstruktivisme. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggali sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara langsung, membuat presentasi untuk orang lain, mengomunikasikan hasil aktivitasnya kepada orang lain, bekerja dalam kelompok, memberikan usul atau gagasannya untuk orang lain dan berbagai aktivitas lainnya. Semuanya menggambarkan tentang bagaimana semestinya orang dewasa belajar agar lebih bermakna.