Judul Artikel: Pembelajaran Teks Narratif Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Yang Berorientasi Hots
Nama Penulis: Ujang Sholehuddin, S.Pd
Email: u.sholehuddin@gmail.com
Tanggal Pembuatan: 24 September 2022
Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi merupakan salah satu upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program ini dikembangkan mengikuti arah kebijakan Kemendikbud yang menekankan pada pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Keterampilan berfikir untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu pendidikan, maka pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru (PKG) TK, Kelompok Kerja Guru (KKG) SD dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMP yang selama ini dilakukan melalui Gugus atau Rayon dalam zonasinya, dapat terintegrasi melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat,seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata UN/USBN sekolah, atau pertimbangan mutu lainnya.
Permasalahan yang terjadi selama ini di dalam pembelajaran yaitu rendahnya kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik, salah satunya penyebabnya adalah karena proses pembelajaran di kelas masih cenderung teacher centered sehingga kemampuan berfikir kritis dan kreatif tidak berkembang. Hal tersebut dapat terlihat saat proses pembelajaran berlangsung pendidik hanya sekedar menyampaikan materi dan peserta didik hanya sebagai penerima informasi saja tanpa dilatih untuk menemukan konsep sendiri. Pembelajaran yang teacher centered menyebabkan peserta didik menjadi pasif, Trianto (2007: 6).
Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan HOTS adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang membuat peserta didik aktif. Fanani (2018) menuliskan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Hal senada juga diungkapkan Limbach & Waugh, 2010 ; Yilmaz, 2008 (dalam Noma, 2016) bahwa peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik dan di dasarkan pada konstruktivisme.
Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah Model Discovery Learning. Model pembelajaran penyingkapan penemuan (Discovery Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferensi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Fiobert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Cara yang digunakan dalam pelaksanaan best practice ini adalah menerapkan pembelajaran Teks Narratif dengan model pembelajaran Discovery Learning.
Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan best practice yang telah dilakukan penulis.
1. Pemetaan KD
Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan pasangan KD yang dapat diterapkan dalam pembelajaran teks fungsional pendek. Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas IX, penulis memilih teks khusus narratif untuk membelajarkan pasangan KD 3.7 – 4.7 Bahasa Inggris di kelas IX semester 1.
2. Analisis Target Kompetensi
Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut :
- RPP HOTS adalah menganalisa Kompetensi Dasar untuk menentukan target KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Kunci. Analisa KD dikaitkan dengan dimensi pengetahuan : factual, konseptual, procedural dan metakognitif dan dimensi keterampilan. Langkah ini sangat menentukan dalam mempertimbangkan model pembelajaran apa yang akan di terapkan dalam implementasi di kelas.
- IPK Penunjang:
Membandingkan fungsi sosial beberapa teks naratif lisan dan tulisan.Membandingkan struktur teks beberapa teks naratif lisan dan tulisanMembandingkan unsur kebahasaan beberapa teks naratif lisan dan tulisan Menangkap makna secara kontekstual terkait fungsi sosial teks naratifMenangkap makna secara kontekstual terkait struktur teks naratif,.Menangkap makna secara kontekstual terkait unsur kebahasaan teks naratif. |
- IPK Kunci:
Membandingkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks naratif lisan dan tulis Mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks naratif lisan dan tulis. |
3. Pemilihan Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang dipilih adalah Discovery Learning.
Berdasarkan hasil kerja 1 hingga 4 di atas kemudian disusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, LKS, dan instrumen penilaian. RPP disusun dengan mengintegrasikan kegiatan Literasi, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), dan kecakapan abad 21.
- Media dan Instrumen
Media pembelajaran yang digunakan dalam Best Practice ini yaitu:
- Gambar dan video yang berkaitan dengan teks narrative
- Laptop dan infocus.
- Internet dan lembar kerja siswa
Instrumen yang digunakan dalam best practice ini ada 2 macam yaitu (a) instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi dan (b) instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan (a) tes tulis pilihan ganda dan uraian singkat.
Hasil yang dapat dilaporkan dari best practice ini diuraikan sebagai berikut:
- Proses pembelajaran Teks Narratif yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya.
- Pembelajaran Teks Narratif yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge. Setelah membaca, meringkas, dan mendiskusikan teks narratif, siswa tidak hanya memahami fungsi social, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks narratif (pengetahuan konseptual) dan bagaimana membuat narratif yang benar (pengetahuan prosedural), tetapi juga memahami konsep yang tertuang dalam narratif tersebut. Pemahaman ini menjadi dasar siswa dalam mempelajari materi Bahasa Inggris tentang Teks Narratif.
- Penerapan model pembelajaran Discovery Learning meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa untuk bertanya dan menanggapi topik yang dibahas dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana siswa dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasan), membuat siswa cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh siswa adalah apa yang diajarkan oleh guru.
- Penerapan model pembelajaran Discovery Learning juga meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. Discovery Learning yang diterapkan dengan menyajikan teks tulis dan video berisi permasalahan kontekstual mampu mendorong siswa menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan dan mampu menghasilkan karya sendiri
Dengan menerapkan Discovery Learning, siswa tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari video serta diberi kesempatan terbuka untuk menghimpun dan menganalisis data, serta mencari materi dari sumber lainnya.
Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi terutama adalah siswa belum terbiasa belajar dengan model Discovery Learning. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu menggunakan metode ceramah, siswa pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah.
Masalah lainnya adalah guru tidak mempunyai kompetensi yang memadai untuk membuat video pembelajaran. Padahal selain sebagai media pembelajaran,. Video juga merupakan bentuk teks audiovisual yang juga harus disajikan sesuai dengan rumusan KD.
C. Cara Mengatasi Masalah
Agar siswa yakin bahwa pembelajaran teks narratif dengan Discovery Learning dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills / HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS akan membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep akan membuat siswa mau belajar dengan HOTS. Kekurang-mampuan guru membuat video pembelajaran dapat diatasi dengan mengunduh video sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan baik dari youtube maupun dari Rumah Belajar. Dengan demikian, selain menerapkan kegiatan literasi baca-tulis, siswa juga dapat meningkatkan literasi digitalnya.