Nama Penulis: Ali Nurdin, S.Pd.I
e-Mail: 201800102634@guruku.id
Lembaga Pendidikan: Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam
Tanggal Pembuatan: 7 Desember 2022
- Situasi
Argumentasi dapat didefinisikan sebagai sebuah pernyataan yang disertai dengan pembenaran. Toulmin dalam Kuswana (2014:178) menyebutkan bahwa Argumen merupakan pengakuan kebenaran yang didukung oleh alat dari berbagai jenis data yang relevan. Dalam proses pembelajaran kemampuan berargumentasi dimaknai sebagai suatu keterampilan atau kecakapan yang dimiliki oleh peserta didik dalam memberikan jawaban dan alasan-alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat dengan mengajukan bukti-bukti sehingga orang lain percaya pada pendapat yang dikemukakan.
Praktik pembelajaran inovatif ini dilatarbelakangi oleh kemampuan berargumentasi peserta didik di SMP Islam Terpadu Al Multazam yang masih rendah, terutama di kelas VII pada mata pelajaran IPA. Hasil refleksi forum MGMP internal guru IPA SMP Islam Terpadu Al Multazam untuk pembelajaran IPA pada tahun pelajaran 2021-2022 menunjukan 80% peserta didik mengalami kesulitan mengungkapkan pendapat (berargumentasi) ketika pembelajaran IPA. Selain itu tes diagnostik IPA di awal tahun pembelajaran 2022-2023 juga menunjukan hal yang tidak jauh berbeda. Peserta didik umumnya lebih memilih diam ketika ditanya bagaimana pendapat anda mengenai topik-topik IPA
Argumentasi seharusnya menjadi salah satu tujuan dari kegiatan pembelajaran dan sebagai keterampilan yang dimiliki oleh siswa untuk mendukung, membuat hubungan antara fakta dan konsep, serta untuk mentransfer pencapaian pengetahuan ke dalam contoh kehidupan sehari-hari. Kemampuan argumentasi penting untuk dilatihkan pada proses pembelajaran agar peserta didik memiliki nalar yang logis, pandangan yang jelas, dan penjelasan yang rasional dari hal-hal yang dipelajari. Selain itu kemampuan argumentasi dapat membekali peserta didik untuk memberikan penjelasan tehadap fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan teori/konsep IPA. Berdasarkan hal tersebut maka sebagai seorang guru penulis bertanggung jawab untuk berperan serta meningkatkan keterampilan berargumentasi peserta didik melalui praktik pembelajaran inovatif ini.
- Tantangan
Berdasarkan hasil eksplorasi penyeybab masalah, kemampuan berargumentasi peserta didik yang lemah dapat disebabkan oleh pembelajaran yang di dominasi oleh metode ceramah. Metode ceramah seringkali dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menyampaikan materi pembelajaran. Namun tanpa padukan dengan model, pendekatan atau metode lainnya maka metode ceramah hanya akan membuat pembelajaran monoton dan jenuh. Selain itu, dengan dominasi metode ceramah interaksi pembelajaran hanya akan terbangun satu arah.
Sebagai seorang guru, tantangan yang harus dihadapi untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berargumentasinya adalah sebagai berikut
- Guru harus mampu keluar dari zona nyaman mengajar dengan metode ceramah. Pada dasarnya proses pembelajaran tidak akan lepas dari metode ceramh. Namun jika ceramah ini sudah menjadi zona nyaman maka guru tidak boleh kebablasan dalam penerapannya. Pembelajaran yang di dominasi ceramah akan menimbulkan proses pembelajaran searah, monoton dan jenuh
- Menganalisis materi pembelajaran yang akan disampaikan dan memilih model, pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai
- Menyiapakan sarana dan praarana pembelajaran yang dibutuhkan
- Melaksanakan proses pembelajaran dengan optimis dan antusias
- Melakukan refleksi proses pembelajaran yang telah dilakukan
Untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi peserta didik seorang guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif dan dapat merangsang kegiatan peserta didik untuk mengungkapkan pendapatnya. Berdasarkan eksplorasi alternatif solusi, penulis memilih untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan metode debat untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi peserta didik.
Model PBL (Problem Based Learning) diharapkan dapat merangsang peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber serta mampu mengambil keputusan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan metode debat merupakan metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Menurut Firdauzi (2019) tujuan utama dari metode debat adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Metode debat mampu merangsang peserta didik untuk terlibat intensif dan aktif karena peserta didik dituntut untuk berani dalam menyampaikan pendapat.
- Aksi
Untuk menerapkan model pembelajaran Problem based learning (PBL) dan metode debat dibutuhkan langkah-langkah yang tepat agar penerapannya mampu meningkatkan kemampuan berargumentasi peserta didik. Terdapat 3 tahapan yang dilakukan oleh penulis, yaitu tahap tahap perencanaan dan persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap refleksi
- Tahap perencanaan dan persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan studi literature terkait beberapa penelitian yang berkaitan tentang bagiamana solusi untuk meninkatkan kemampuan berargumentasi peserta didik. Selain itu penulis juga melakukan sharing kepada guru sejawat terkait pengalamannya ketika mengajar di kelas, apakah pernah mengalami permasalahan yang sama? Dan bagaimana solusinya
Berdasarkan hasil studi literature dan sharing dengan rekan guru maka solusi yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi peserta didik adalah dengan menerapakn model pembelajaran PBL dengan metode debat.
Topik pembelajaran yang diambil adalah pencemaran lingkungan. Materi pencemaran lingkungan merupakan materi yang memuat permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar dan menjadi salah satu isu yang menjadi bahasan penting dalam kehidupan sehari-hari. Melalui materi pencemaran lingkungan diharapkan peserta didik dapat mengeluarkan solusi terbaiknya dalam bentuk argumentasi untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan yang dijadikan sebagai mosi (tema) debat
- Tahap pelaksanaan
Tapan pelaksanaan dilakukan dengan menerapakan sintak-sintak PBL dan metode debat. Pada kegiatan pendahuluan peserta didik diberikan apersepsi, motivasi dan penjelasan terkait tujuan, aktivitas dan materi pembelajaran yang akan dilakukan.
Selanjutnya pada kegiatan inti peserta didik diberikan orientasi masalah yang berfungsi sebagai pengantar terhadap topik pencemaran lingkungan yang di bahas. Setelah itu peserta didik dikelompokan untuk mendiskusikan isu-isu masalah lingkungan yang ada di Kuningan kemudian mengajukannya sebagi mosi debat.
Pada tahap beriktnya Guru membimbing peserta didik untuk menentukan mosi debat dan setelah ditentukan mosi debatnya peserta didik diberikan waktu untuk melakukan penyelidikan. Data atau informasi yang diperoleh peserta didik selanjutnya didiskusikan untuk kemudia dijadikan bahan argumnetasi pro atau kontra pada sesi debat
Setelah peserta didik selesai melakukan penyelidikan dan diskusi selanjutnya masuk kedalam sesi debat. Setiap kelompok diwakili oleh juru bicara dan setiap juru bicara diberikan kesempatan untuk menyampaikan argumentasinya. Secara bergantian peserta didik menyampaikan argumen-argumennya. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan merangsang peserta didik agar mampu menyampaiakan argumen-argumennya baik berupa bantahan, kritikan, atau saran
Pada sesi akhir guru meminta peserta didik membuat kesimpulan proses pembelajaran yang telah dilakukan serta tanggapan akhir terhadap debat yang selesai. Selanjutnya guru dengan peserta didik bersama-sama menutup pembelajaran dengan do’a
- Tahap refleksi
Tahapan refleksi adalah tahapan mengevaluasi proses pembelajaran dan capaian pembelajaran yang dicapai oleh guru dan peserta didik. Pada tahap ini guru mencatat kekurangan dan kelebihan yang ditemukan pada implementasi praktek pembelajaran PBL dengan metode debat untuk dijadikan pertimbangan pada proses pembelajaran berikutnya
- Refleksi
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan metode debat pada dasarnya memberikan efek yang positif terhadap kemampuan berargumentasi peserta didik. Meskipun tidak meningkat secara signifikan, akan tetapi terdapat perubahan kondisi pembelajaran kearah keaktifan peserta didik menyampaikan pendapatnya. Berikut ini beberapa data yang diperoleh dari hasil implementasi pembelajaran inovatif
- Keaktifan berargumen peserta didik
Grafik diatas menunjukan prosentase keaktifan berargumen peserta didik sebelum dan setelah implementasi model pembelejaran berbasis masalah (PBL) dan metode debat. Berdasarkan grafik tersebut terdapat peningkatan aktivitas peserta didik sebesar 30% setelah penerapan model PBL dan metode debat. Sintak PBL menuntun peserta didik untuk dapat aktif dan mencari informasi secara mandiri. Guru sebagai fasilitator bertugas mengawasi dan mebimbing peserta didik yang sedang beraktivitas. Dengan sintaks yang mengharuskan peserta didik untuk aktive mencari informasi, melakukan penyelidikan dan berdiskusi dapat disimpulkan bahwa model PBL mampu membuat aktivitas siswa meningkat.
Menurut Dewi (2019) PBL adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan pendekatan yang memberdayakan siswa untuk melakukan penelitian, mengintegrasikan teori dan praktek, menerapkan pengetahuan serta keterampilan untuk mengembangkan kelayakan pemecahan masalah yang ditemukan. Selain itu PBL juga merupakan model pembelajaran yang memfokuskan pada siswa menjadi mandiri dan terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran berkelompok
- Kemampuan berargumentasi peserta didik berdasarkan indikatornya
Indikator aspek kemampuan argumentasi dikembangkan sesuai dengan model argumentasi yang diadaptasi dari Sampson & Gerbino dalam Nurdiyanti (2019) meliputi 4 aspek, yaitu klaim, data, pembenaran dan dukungan
Tabel 1. Indikator Keterampilan berargumentasi
Aspek Argumentasi | Indikator |
Klaim | Membuat klaim sesuai permasalahan |
Data | Menyertakan dan menganalis data untuk mendukung klaim |
Pembenaran | Menjelaskan hubungan antara data dengan klaim |
Dukungan | Melandasi pembenaran untuk mendukung klaim |
Berdasarkan hasil observasi, capaian kemampuan berargumentasi peserta didik dapat dilihat dari grafik berikut ini!
Kemampuan berargumentasi peserta didik mengalami peningkatan untuk setiap indikatornya. Keterampilan argumentasi peserta didik sangat jelas teramati pada saat sesi debat dimulai. Berdasarkan hasil observasi pada proses pembelajaran semua indikator kemampuan berargumentasi peserta didik mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terdapat pada aspek klaim, sedangkan paling rendah terdapat pada aspek pembenaran.
Pada saat sesi debat berlangsung peserta didik mampu dengan aktif menyampaikan pendapatnya, akan tetapi pendapat tersebut belum disertai dengan data-data pendukung yang kuat. Peserta didik pada umumnya hanya menyampaikan argumentasi dengan alasan-alasan logis hasil diskusi kelompoknya. Sedangkan data-data hasil studi literature atau wawancara hanya sedikit digunakan.
Kemampuan berargumentasi peserta didik pada umumnya mengalami peningkatan. Akan tetapi pada aspek data, pembenaran, dan dukungan hanya terjadi peningkatan yang kecil. Penulis berpendapat kemungkinan yang menyebabkan kurang maksimalnya peningkatan kemampuan berargumentasi peserta didik disebabkan oleh waktu pembelajaran yang hanya diselesaikan dalam satu pertemuan (2×40 menit). Butuh waktu yang lebih luas bagi peserta didik untuk melakukan penyelidikan baik berupa studi literature, penyelidikan ke lapangan, wawancancara dan diskusi memantankan argumen.
Menurut Fauziah (2022) Metode debat adalah metode yang dapat mempersiapkan dan melatih peserta didik agar mampu mencari dan membangun suatu argumentasi yang jelas, memiliki sikap tanggungjawab, demokratis, kemampuan saling menghargai suatu pendapat, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, pemahaman konsep, memengaruhi perspektif dan penilaian orang lain untuk menerima sehingga mereka dapat melakukan dan bertindak sesuai kebutuhan pembicara
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan metode debat dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi peserta didik. Namun dalam penerapannya dibuthkan waktu yang lebih luas agar kemampuan argumentasi peserta didik dapat dikembangkan lebih maksimal
- Referensi
Dewi, E. H. P., Akbari, S., & Nugroho, A. A. (2019). Peningkatan aktivitas dan hasil belajar biologi melalui model problem based learning (PBL) pada materi pencemaran lingkungan siswa kelas X SMA Negeri 1 Jatisrono. Journal of Biology Learning, 1(1).
Fauziah, F., Jamaluddin, J., & Fitriani, F. (2022). Efektivitas Metode Debat Aktif Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Peserta Dididik Pada Mata Pelajaran PAI. Jurnal Inovasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 2(1), 9-23.
Firdauzi, F. S., Widiantie, R., & Handayani, H. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dipadu Metode Debat terhadap Kemampuan Berargumentasi. Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi, 11(1), 49-54.
Nurdiyanti, D., Permanasari, A., Mulyani, S., & Hernani, H. (2019). Penggunaan Pendekatan Writing To Teach Yang Dimodifikasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berargumentasi Calon Guru Kimia. JSEP (Journal of Science Education and Practice), 3(2), 17-25. Wowo Sunaryo Kuswana. 2014. Taksonomi Kognitif, Perkembangan Ragam Berfikir. Bandung: Rosdakarya