Bangunlah Jiwa dan Raganya Bersama Dokter Muda, Dokter Spesialis Kejiwaan, dr. Agraini, Sp.KJ,

Beberapa dekade terakhir, tenaga pendidik dan praktisi pendidikan di seluruh dunia mulai menyadari bahwa mempelajari berbagai hal di luar kelas dapat membantu peserta didik berkembang dengan lebih baik. Mempelajari hal-hal di kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan kepekaan dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu agenda sekolah tanggal 14 Agustus 2023 SMPIT Al-Multazam ikut andil bagian untuk mengimplementasikan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Tema Projek dan Contoh Implementasinya

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sangat luas dan fleksibel. Masih banyak tema lainnya yang bisa diterapkan untuk mendukung pembelajaran yang lebih baik lagi. 

Apa itu Profil Pelajar Pancasila dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila?

Profil Pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan profill pelajar Pancasila (pembelajaran kokurikuler), dan ekstrakurikuler.

Tema Sekolah “Bangunlah Jiwa dan Raganya”

Salah satu tema yang dilaksanakan oleh SMPIT Al-Multazam yaitu “Bangunlah Jiwa dan Raganya”. Dimana dalam kesempatan ini sekolah mengundang salah seorang pakar dokter Spesialis Kejiawan yaitu dr. Agraini, Sp.KJ. dimana beliau menjadi salah satu narasumber dalam Pengenalan Isu P5 (Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dengan mengangkat tema dengan judul “Stop Hurting, We’re Friends”

Dalam pembukaan agenda yang dilaksanakan di Aula Ponpes Terpadu Al-Multazam, Usth. Dian Maolida Utami, S.Si (Wakasek Kesiswaan) mengatakan, Kasus bullying marak terjadi di sekolah. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, sepanjang tahun 2021 setidaknya ada 17 kasus perundungan di sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.

Usia sekolah menjadi masa pertumbuhan penting bagi setiap anak yang nantinya akan menentukan kualitas dirinya saat sudah beranjak dewasa. Mulai dari fisik, mental, sosial dan emosi semuanya berpengaruh untuk masa depannya. Kasus yang kerap kali terjadi di sekolah adalah kasus buliyying.

Baca Juga :  BROSUR EXAZAM 2022

Mengenal lebih dekat “Buliyying” oleh Dokter Spesialis Kejiwaan, dr. Agraini, Sp.KJ,

Mengenai kasus tersebut, Dalam Penuturan isi materinya Dokter Spesialis Kejiwaan, dr. Agraini, Sp.KJ, menjelaskan begitu runut dan jelas. Menurutnya, Dimana bullying ini merupakan suatu tindakan agresif yang dilakukan berulangkali oleh seseorang yang memiliki kekuatan lebih terhadap orang lemah, baik secara fisik maupun psikologis. Dimana pelaku melakukan tindakan yang membuat korban tidak nyaman.

Berbagai tindakan pelaku lakukan mulai dari mengejek, mengancam, memukul. Sehingga membuat korban tidak nyaman, merasa takut, terintimidasi yang menyebabkan korban ingin berhenti dari sekolahnya. Banyak sekali dampak dari anak yang terkena bullying. Korban menjadi tidak percaya diri, mengurung diri, murung bahkan ada yg berniat bunuh diri.

Penyebab Bullying pada Anak

Penyebabnya ada banyak faktor. Namun yang sering ditemukan yaitu adanya ketidakseimbangan antara pelaku dengan korban. Bisa berupa ukuran badan, fisik, kepandaian komunikasi, gender hingga status sosial. Selain itu, adanya penyalahgunaan ketidakseimbangan kekuatan untuk kepentingan pelaku dengan cara mengganggu atau mengucilkan korban.


“Penyebab lain yang menyertai biasanya terkait lingkungan pergaulan yang salah dan pengaruh teman sebaya dan lain-lain. Karena untuk anak ada di fase ketekunan versus rendah diri. Percaya diri vs rendah diri sering terjadi di sekolah,” ujar Dokter Spesialis Kejiwaan tersebut.


Selain itu, bullying kurang mendapat perhatian sehingga jatuh korban. Perhatian yang kurang ini bisa disebabkan karena memang efek bullying yang tidak tampak secara langsung. Juga tidak terendus karena banyak korban yang tidak melapor; entah itu karena takut, malu atau diancam maupun karena alasan yang lain.


Bullying secara kasat mata tampak seperti guyonan biasa kepada anak-anak. Jangan kira ini tidak menimbulkan dampak serius. Ejekan atau olokan secara verbal sangat berbahaya bagi anak. “Biasanya orang tua dan guru menganggap teguran sudah cukup untuk mengakhiri candaan di sekolah. Padahal, ini sebenarnya luka psikis atau emosional yang lebih dalam serta menyakitkan dan efeknya bisa jangka panjang,” tegasnya.

Baca Juga :  Turut Berduka Cita Nenek dari Septya Rafa Ramadani


Kemudian juga karena minimnya pengetahuan guru dan orang tua tentang bullying dan dampaknya terhadap anak. Pengetahuan ini sangat penting untuk melihat apakah masalah di sekitar anak serius atau tidak

Dampak Bullying Bagi Anak

Bagi anak yang menjadi korban, tentu saja berdampak pada masalah kesehatan mental mereka. Anak merasa terisolasi secara sosial, tidak memiliki teman dekat atau sahabat dan tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua. Ini bisa menjadi trauma panjang. Trauma ini mempengaruhi penyesuaian diri anak dengan lingkungan, terutama sekolah. Beberapa penelitian menunjukan, bullying menjadi faktor utama yang bisa mempengaruhi prestasi akademik hingga putus sekolah.


Bagi anak yang menjadi pelaku, bullying bisa membuat si pelaku memiliki empati yang minim dalam interaksi sosial. Biasanya mengalami perilaku abnormal, hiperaktif hingga prososial. Ini berkaitan dengan respons pelaku terhadap lingkungan sosial sekitarnya.


Ada juga, lanjutnya, anak yang jadi korban plus jadi pelaku bullying. Ini tingkat gangguan mentalnya menjadi lebih besar. “Anak-anak di level ini merupakan individu yang mengalami prososial, hiperaktif. Ini menjadi lebih besar dan lebih mengkhawatirkan. Karena itu perlu perhatian dan tindakan yang tepat dari sekolah maupun orang tua,” tandasnya.


Bagaimana Solusinya?

Menurutnya, iklim sekolah harus diperhatikan. Sekolah harus punya program pencegahan, intervensi maupun sosialisasi yang efektif. Sinergi antara sekolah dan orang tua sangat penting dibangun dan diperkuat lagi. Komunikasi yang aktif sekolah dan orang tua penting dilakukan. Orang tua perlu mengetahui detail informasi mengenai perkembangan sekolah dan anak mereka.


Jika perlu sekolah punya divisi khusus yang menangani komunikasi dengan orang tua. Sekolah bisa membuka hotline yang setiap saat bisa orang tua hubungi. Bisa juga sekolah membuat website interaktif. terdapat beberapa cara untuk mencega terjadinya bullying yang terjadi di sekolah. Diantaranya:

  1. Pihak sekolah dapat memberikan edukasi terkait bullying yang terjadi di sekolah dan bisa juga dengan memasang poster bully di lingkungan sekolah.
  2. Seluruh pihak sekolah diharapkan melatih dirinya agar memiliki rasa simpati dan empati kepada sesama yang dapat mendukung korban bullying agar bisa melewati masa sulitnya dan kembali bangkit serta keluar dari tindakan bullying yang dialaminya.
  3. Pihak sekolah dapat membuat aturan sanksi yang tegas mengenai tindakan bullying di lingkungan sekolah seperti menetapkan prosedur penanganan yang tepat, tegas dan adil dalam menindak bullying agar pelaku bullying berpikir kembali sebelum melakukan tindakannya.
Baca Juga :  Ramadhan sebagai Pembersih Diri


Hal lain yang penting diperhatikan juga yaitu memperbaiki komunikasi antara orang tua dan anak di rumah. Pola asuh yang baik adalah yang bisa memberikan kesempatan kepada anak mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan hatinya.