Peningkatan Kompetensi Menulis Teks Fantasi Melalui Media Gambar dengan Teknik Diskusi

Judul Artikel: Peningkatan Kompetensi Menulis Teks Fantasi Melalui Media Gambar dengan Teknik Diskusi
Nama Penulis: Rosi Rosyanti, S.Pd
Email: rrosyanti99@gmail.com
Tanggal Pembuatan: 9 September 2022

Pendidikan merupakan upaya untuk mengubah dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak tahu menjadi tahu, Pendidikan hendaknya mampu menghasilkan individu yang mampu menghadapi tantangan abad ke-21. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 ditegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang memiliki peran penting bagi perkembangan kemampuan peserta didik baik secara intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi untuk memahami, mempelajari dan mengembangkan pengetahuan, budaya, teknologi dan informasi yang dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan komunikasi secara lisan maupun tulis dengan baik, maka pengajaran dan pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan pada pengembangan keterampilan berbahasa yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Untuk menguasai keterampilan berbahasa Bahasa Indonesia ini, salah satu kemampuan pendukung yang harus dimiliki oleh peserta didik pembelajar Bahasa Indonesia adalah keterampilan dalam memahami dan menulis sebuah teks.

Seperti yang diketahui bahwa teks yang ada dalam Bahasa Indonesia beraneka ragam, diantaranya teks deskripsi, teks fantasi, teks prosedur, teks laporan, teks tanggapan, teks narasi, teks eksplanasi, teks eksposisi, teks argumentasi, teks observasi, dan teks lainnya. Hampir setiap kompetensi dasar pada materi tentang teks, peserta didik dituntut untuk terampil menulis sebuah teks berdasarkan struktur dan kebahasaannya. Namun permasalahan yang terjadi adalah, peserta didik terkadang mengalami kesulitan dalam menuliskan sebuah teks, karena kekurangan ide dan bingung dengan objek yang akan dituliskan. Seperti yang dialami peserta didik kelas VII SMPIT Al-Multazam, yang merasa kesulitan ketika belajar menulis teks fantasi dikarenakan mereka bingung untuk berfantasi membayangkan obyek yang akan difantasikan. Hasil teks fantasi yang dibuat cenderung seperti narasi biasa yang unsur fantasinya belum terlalu tergambar dalam cerita. Seperti terlihat dalam hasil teks fantasi yang dibuat berikut ini:

Baca Juga :  Kebahagiaan yang sebenarnya

Dari hasil menulis teks fantasi yang dibuat, peserta didik kurang memiliki ide dan gagasan dalam menulis teks fantasi. Sehingga teks fantasi yang sederhana dengan tema dan gagasan yang biasa. Unsur fantasi yang ada dalam teks yang mereka buat pun kurang tergambar dalam teks yang mereka buat. Teks yang dibuat cenderung singkat dan kurang menggambarkan unsur khayal atau imajinasi. Padahal point penting yang harus ada dalam sebuah teks fantasi adalah unsur imajinasi atau khayalnya.

Berdasarkan hal tersebut penulis memikirkan bagaimana caranya agar peserta didik memiliki keterampilan dalam menulis teks fantasi yang kreatif dengan ide dan gagasan yang unik dan menarik. Lalu munculah ide, agar peserta didik dapat menulis sebuah teks fantasi yang menarik yaitu dengan diberikan satu objek yang dapat dijadikan pedoman atau kunci untuk dapat berfantasi berdasarkan objek tersebut. Karena biasanya ketika tidak diberikan gambaran objek yang spesifik, peserta didik bingung untuk berkhayal atau berimajinasi sehingga apa yang dinarasikan ngawur dan kurang sesuai dengan tema atau alur cerita.

Melalui tekhnik media gambar yang diberikan kepada peserta didik sebagai obyek untuk menulis teks fantasi dengan berdiskusi, ternyata cukup efektif dalam menstimulus ide dan gagasan peserta didik dalam menulis teks fantasi. Hal ini karena peserta didik lebih fokus dan terarah dalam berimajinasi dan berkhayal sesuai dengan gambar yang peserta didik amati. Dengan obyek gambar tersebut, peserta didik fokus memikirkan dan berkhayal hal-hal apa saja yang tidak masuk akal namun dapat digambarkan seolah-olah terjadi dalam kehidupan nyata. Selain itu dengan cara berdiskusi juga dapat membuat suasana belajar lebih aktif dan menyenangkan bagi peserta didik karena selama proses diskusi berlangsung sesama peserta didik dapat saling bertukar ide dan pendapat. Ketika berdiskusi peserta didik bebas saling mengemukakan pendapatnya untuk menuangkan ide agar terbentuk sebuah narasi fantasi berdasarkan objek yang diamati oleh masing-masing kelompok. Dengan objek yang diamati setiap kelompok saling bertukar pendapat untuk menentukan siapa saja tokoh berikut bagaimana karakter yang tergambar dari setiap tokohnya, dimana saja latar tempatnya, kapan kira-kira kejadiannya, bagaimana alurnya, permasalahan atau konflik apa yang terjadi, serta bagaimana amanat yang akan disampaikan melalui cerita tersebut.

Baca Juga :  Training motivasi santri SMPIT Al-Multazam menjelang UN 2015-2016

Dengan menggunakan media gambar sebagai objek untuk bahan yang akan dinarasikan dalam bentuk cerita fantasi secara berkelompok dengan tekhnik diskusi, cukup efektip dan berhasil untuk menulis sebuah teks fantasi. Hal ini dapat terlihat dari hasil yang dibuat oleh para peserta didik, seperti berikut ini.

Contoh gambar yang digunakan untuk media menulis teks fantasi:

Hasil peserta didik menulis teks fantasi berdasarkan objek gambar pensil secara berdiskusi:

             

Dari hasil yang dibuat oleh peserta didik dalam menulis teks fantasi berdasarkan media gambar yang diberikan secara berkelompok dengan cara berdiskusi, terlihat perbedaan dengan sebelum peserta didik menulis teks fantasi berdasarkan media gambar. Setelah menggunakan media gambar sebagai objek, hasil teks fantasi yang ditulis oleh peserta didik lebih kreatif dalam penuangan ide dan tema, penggambaran watak, serta pengemasan alur cerita lebih bervariasi. Demikian pengalaman baik dalam hal pembelajaran tentang menulis teks fantasi berdasarkan media gambar dengan tekhnik diksusi ini, semoga dapat memberikan manfaat khususnya untuk saya pribadi dan umumnya bagi pembaca pengalaman mengajar ini.