Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Lingkungan Pesantren

Judul Artikel: Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Lingkungan Pesantren
Nama Penulis: Dadang Rosyid Fauzi, S.Si
Email: dadangrosyid26@gmail.com
Tanggal Pembuatan: 2 September 2022

Latar belakang

Kesehatan adalah aset masa depan dan merupakan modal untuk mencapai hidup yang sejahtera. Banyak faktor yang menunjang agar hidup kita dapat sehat. Salah satunya adalah lingkungan yang bersih. Kalau mau sehat maka harus bersih dan jika mau bersih maka akan sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan langkah awal yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi sehat tidak langsung terjadi, tetapi harus melalui berbagai upaya, dari yang tidak sehat menjadi sehat serta menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Upaya ini tidaklah mudah, harus mulai menanamkan pola pikir sehat yang menjadi tanggung jawab kita bersama, dan upaya ini bisa dimulai dari diri sendiri. Upaya ini dilakukan untuk mewujudkan derajat kesehatan manusia yang setinggi – tingginya sebagai pondasi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif. Dalam mengupayakan hal ini diperlukan komitmen bersama saling mendukung dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya derajat kesehatan untuk diri sendiri. Sehingga ketika derajat kesehatan diri sendiri tercapai maka derajat kesehatan yang lain akan bisa dicapai.

Pondok Pesantren pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang sederhana, yaitu tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan agama Islam di bawah bimbingan seorang Guru/Ustadz/Kyai dengan tujuan untuk menyiapkan santri-santri menguasai Ilmu Agama Islam dan siap mengajarkan agama Islam dengan mendirikan Pesantren baru untuk memperbanyak jumlah kader dakwah Islamaiyahnya.

Pesantren merupakan tempat untuk mendidik agar santri-santri menjadi orang yang bertaqwa, berakhlak mulia serta memiliki kecerdasan yang tinggi.
Santri-santri yang berada di Pondok Pesantren merupakan anak didik yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perthatian khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya.

Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santri tidak beda dengan permasalahan yang dihadapi anak sekolah umum bahkan bagi santri yang mondok akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati. Berdasarkan hal tersebut di atas dituntut suatu peran aktif dari masyarakat dalam hal ini adalah Pesantren bekerja sama dengan pihak kesehatan melakukan pembinaan kesehatan bagi santri-santri yang ada sehingga terwujud pola perilaku hidup bersih dan sehat bagi para santri dan masyarakat Pondok Pesantren serta masyarakat lingkungannya. Pesantren memang mencetak santri-santri untuk berdakwah. Namun, jangan sampai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ditinggalkan. Apalagi, sejauh ini PHBS di kalangan santri pesantren terkesan masih tertingal. Tidak bisa dipungkiri memang pesantren dengan PHBS masih jarang sehingga banyak penyakit menular yang muncul. Padahal, peran mereka sebagai santri nantinya juga bisa menjadi penyambung pengetahuan kesehatan kepada masyarakat.

Dalil Al-Qur’an

“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S. Al-Isrâ’/17: 70).

Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalan komunikasi,  memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,  sikap dan perilaku. Agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (www.dinkes.go.id).

Baca Juga :  LINGKUNGAN BERSIH BERAWAL DARI DIRI PRIBADI

Tujuan PHBS

PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Dan dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS.

Tatanan PHBS

Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Terdapat lima tahapan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat – tempat umum.

a). PHBS Rumah Tangga

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup sehat dan bersih serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS rumah tangga yaitu:

1.    Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

2.    Member ASI eksklusif

3.    Menimbang balita setiap bulan

4.    Menggunakan air bersih

5.    Menggunakan jamban sehat

6.    Makan buah dan sayur setiap hari

7.    Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

8.    Memberantas jentik dirumah sekali seminggu

9.    Tidak merokok di dalam rumah

10.  Melakukan aktifitas fisik setiap hari

b). PHBS di sekolah

Adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan peserta didik, guru dan masyarakat, lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara  mandiri, mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS disekolah :

1.    Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir

2.    Mengkonsumsi jajanan sehat di sekolah

3.    Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

4.    Olah raga teratur dan terukur

5.    Tidak merokok disekolah

6.    Menimbang BB dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan.

7.    Membuang sampah pada tempatnya

8.    Memberantas jentik nyamuk.

c). PHBS di tempat kerja

Ialah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar tahu, mau, dan mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di tempat kerja:

1.    Tidak merokok di tempat kerja

2.    Melakukan olah raga secara teratur / aktifitas fisik

3.    Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar dan air kecil.

4.    Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja

5.    Menggunakan air bersih

6.    Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar

7.    Membuang sampah pada tempatnya

8.    Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaan

9.    Memberantas jentik nyamuk

d). PHBS di Institusi Kesehatan

PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat, pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan institusi kesehatan sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan

Beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS institusi kesehatan yaitu:

1.    Menggunakan air bersih

2.    Menggunakan jamban

3.    Membuang sampah pada tempatnya

4.    Tidak merokok di institusi kesehatan

5.    Tidak meludah sembarangan

6.    Memberantas jentik nyamuk

e). PHBS di tempat umum

PHBS di tempat umum maksudnya adalah upaya untuk memperdayakan masyarakat, pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu mempraktikan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat – tempat umum yang sehat.

Beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untukmenilai PHBS di tempat umum yaitu:

1.    Menggunakan air bersih

Baca Juga :  PENERAPAN E-BOOK INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PENCEMARAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN

2.    Menggunakan jamban

3.    Membuang smpah pada tempatnya

4.    Tidak meludah sembarangan

5.    Tidak merokok di tempat umum 6.    Memberantas jentik nyamuk

Strategi Kegiatan PHBS di Lingkungan Pesantren

Upaya pembinaan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan dua pokok pendekatan. Pertama, pendekatan proyek dan kedua, pendekatan motivasi. Atau keduanya sekaligus dilakukan secara terpadu. Pendekatan kedua (motivasi) walaupun akan memerlukan waktu yang relatif panjang, akan berdampak lebih positif karena pihak sasaran secara berangsur akan mau mengubah sikap dan perilaku secara persuasif. Perilaku dan sikap acuh tak acuh terhadap masalah lingkungan hidup akan berubah menjadi suatu sikap dinamis yang terus berkembang yang akan berkulminasi pada stabilitas pembinaan lingkungan hidup.
Pendekatan motivasi seperti itu dapat dilakukan dalam pola pendidikan di pesantren. Kesadaran akan keseimbangan lingkungan hidup yang muncul dari pengertian dasar tentang masalah-masalahnya serta implikasinya terhadap kesejahteraan ukhrawi dan duniawi dapat ditanamkan dan dikembangkan melalui jalur pendidikan di pesantren.

Keterlibatan pesantren memberi pengertian mengenai dampak lingkungan hidup secara duniawi dan ukhrawi, merupakan peranan dan peran serta nyata dalam pembinaan lingkungan hidup. Bila peranan itu mampu dilembagakan, akan banyak berpengaruh positif di kalangan masyarakat sekelilingnya. Mengingat posisi pesantren sebagai lembaga dakwah, berfungsi pula sebagai titik sentral legitimasi keilmuan agama Islam bagi masyarakatnya, melalui kegiatan pendidikan formal pesantren (yaitu madrasah) dan pengajian weton maupun pengajian rutin yang melibatkan masyarakat di sekelilingnya.
Pendidikan itu dilakukan secara integratif  ke dalam komponen-komponen akidah, syari’ah dan akhlak. Namun diberikan atau dikenalkan dalam satu paket ikhtiar peningkatan sarana keberhasilan sa’adatud darain. Faktor integratif yang mengatur pola hubungan antar sesama di tengah-tengah masyarakat di dalam menyumbangkan nilai-nilai kehidupan, juga merupakan peranan lain yang mampu dilakukan oleh pesantren untuk mengembangkan dirinya dan masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Termasuk di dalamnya pembinaan lingkungan hidup.

Pandangan Islam Tentang PHBS

Jika mencermati ajaran Islam, maka kita dapat menemukan betapa seluruh ajaran Islam menuntun kita untuk hidup bersih dan sehat. Seluruh aspek kehidupan mulai dari aturan makan, tidur hingga menjaga kebersihan badan diatur dan sesuai dengan ilmu pengetahuan saat ini.

Untuk masalah makanan, sekaya apapun anda tidak semua makanan boleh dimakan. Binatang buas, anjing dan babi adalah jenis binatang yang hukumnya haram untuk dimakan. Islam juga melarang  memakan bangkai  (kecuali bangkai ikan) atau  binatang yang tidak disembelih dan hewan yang disembelih tetapi tidak atas nama Allah. Bahkan dalam menyembelih hewanpun diatur etikanya, seperti menggunakan pisau yang tajam dan tidak boleh memotong leher hingga putus. Darah hewan yang dipotong yang memang mengandung penyakit juga haram untuk dimakan.

Orang Islam seharusnya adalah masyarakat yang paling bisa menjaga lingkungan hidup. Kelestarian lingkungan hidup dan alam merupakan pendukung utama ibadah orang Islam. Coba perhatikan betapa orang Islam itu sangat tergantung pada air. Air merupakan benda yang paling dibutuhkan setiap harinya. Air digunakan untuk bersuci (toharoh) baik dari hadast besar maupun hadast kecil.  Sholat 5 waktu dilakukan dalam kondisi suci dari hadast besar dan kecil tersebut. Sehingga orang Islam  seharusnya menjadi pelopor utama kelestarian sumber-sumber air di dunia.

Konsep dalam Islam seperti ikhlas, sabar, tawadhuk (rendah hati), wara’ (berhati-hati terhadap hal yang subhat atau tidak jelas), pemaaf, konsep halal dan haram dalam mencapai tujuan hidup, seharusnya juga menjadi bahan utama terbentuknya jiwa yang sehat.

Lingkungan merupakan bagian dari integritas kehidupan manusia. Sehingga lingkungan harus dipandang sebagai salah satu komponen ekosistem yang memiliki nilai untuk dihormati, dihargai, dan tidak disakiti, lingkungan memiliki nilai terhadap dirinya sendiri. Integritas ini menyebabkan setiap perilaku manusia dapat berpengaruh terhadap lingkungan disekitarnya. Perilaku positif dapat menyebabkan lingkungan tetap lestari dan perilaku negatif dapat menyebabkan lingkungan menjadi rusak. Integritas ini pula yang menyebabkan manusia memiliki tanggung jawab untuk berperilaku baik dengan kehidupan di sekitarnya.

Baca Juga :  Lomba Karya Inovasi Guru

Kerusakan alam diakibatkan dari sudut pandang manusia yang anthroposentris, memandang bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta. Sehingga alam dipandang sebagai objek yang dapat dieksploitasi hanya untuk memuaskan keinginan manusia, hal ini telah disinggung oleh Allah SWT dalam Al Quran surah Ar Ruum ayat 41:


“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Ruum: 41). Di antara ajaran agama yang bersumber dari hadits Nabi Muhammad saw. yang diajarkan cukup awal dan cukup populer adalah hadits yang menjelaskan tentang salah satu cabang iman, yang berbunyi: “Kebersihan adalah bagian dari iman.” Sayangnya, hadits ini di pusat komunitas muslim sendiri ternyata nyaris berhenti sebagai slogan dan kehilangan kekuatannya untuk menyuntikkan kesadaran akan kebersihan dan kepedulian lingkungan pada umumnya. Ironisnya, pesantren, yang sering digambarkan sebagai pusat pendidikan muslim tradisional yang telah cukup lama berakar di Indonesia, seperti sulit untuk dilepaskan dari citra yang berseberangan dengan ajaran tersebut.

Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

  1. Manfaat bagi rumah tangga
  2. Setiap anggota keluarga menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit.
  3. Anak-anak akan tumbuh sehat dan cerdas, sehingga kualitas generasi penerus lebih bermutu.
  4. Anggota keluarga lebih giat bekerja, berarti produktifitas kerja bisa ditingkatkan.
  5. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.            

B.    Manfaat bagi masyarakat

  • Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat secara mandiri dan menyeluruh.
  • Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangu masalah-masalah kesehatan disekitarnya.
  • Masyarakat bisa memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
  • Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat, ex:posyandu,tabungan ibu bersalin,ambulans desa,arisan jamban.

C.    Manfaat di sekolah

  • Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.
  • Meningkatnya semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa.
  • Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua.
  • Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.
  •  Menjadi contoh sekolah sehat bagi daerah lain.

D.    Manfaat bagi institusi kesehatan

  • Mencegah terjadinya penularan penyakit di institusi kesehatan.
  • Meningkatkan citra institusi kesehatan yang baik sebagai tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.

E.    Manfaat bagi lingkungan kerja

  • Bagi pekerja
  • Sesama karyawan menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit.
  • Produktivitas pekerja meningkat yang berdampak pada peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga.
  • Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan.
  • Bagi masyarakat sekitar
  • Tetap mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di sekitar tempat kerja.
  • Dapat menjadi contoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh tempat kerja setempat.
  • Bagi tempat kerja
  • Meningkatkan produktivitas kerja pekerja yang berdampak positif terhadap pencapaian targer dan tujuan.
  • Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan.
  • Meningkatnya citra tempat kerja yang positif.