Menjadi juara dan berprestasi ketika di sekolah merupakan impian bagi setiap pelajar, termasuk Santri SMPIT Al-Multazam. Sejak awal untuk menjadi juara memang perlu untuk dipersiapkan, alasan demikian karena dengan persipan yang matang tentu saja akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik, baik dalam belajar, kosentrasi, dan lain sebaginya.
Rabu, 27 Juli bertempat di Aula Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam Tim Study Club memberikan motivasi kepada siswa kelas VIII. Tujuan kegiatan ini adalah Meningkatkan motivasi santri Study Club supaya siap mengikuti berbagai event lomba. Untuk memberikan mindset juara, SMPIT Al-Multazam mendatangkan Motivator dari Bagian Litbang Ust. M. Aef Saepudin, S.Si dan Usth. Dian Maolida Utami, S.Si (Ketua Asesmen Sekolah).
Anak-anak kita terlahir dan datang dihantarkan oleh orang tuanya ke sekolah untuk mendapatkan hak dan kesempatan yang sama dari guru dan sekolahnya. Hak dan kesempatan untuk di tumbuh kembangkan bakat dan nilai-nilai karakter positifnya. Sehingga saat mereka dewasa mereka mampu menjadi juara kehidupan, dan kehidupan bukan hanya milik mereka yang menjadi juara kelas atau pernah menjadi juara lomba sesuatu. Bahkan tak jarang kita saksikan jika kehidupan lebih banyak memberikan kesuksesan pada mereka yang pernah kalah berulang-ulang, bahkan yang membuat kita heran terkadang mereka yang juara dalam kehidupan adalah mereka yang tak pernah jadi juara di sekolahnya, ini menjadi sebuah pertanyaan yang menggelitik. Makanya sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menyajikan pendidikan yang menyiapkan anak-anak yang siap menghadapi kemenangan dan siap menyikapi kekalahan.
SMPIT Al-Multazam menyiapkan santri agar sukses di masa dewasa dengan potensi apapun yang mereka miliki, kalau dalam konsep Ki Hajar Dewantara dikenal konsep menuntun. Jika sekolah merasa besar karena siswanya menjadi juara lomba-lomba, maka pertanyaannya seberapa banyak siswa yang ikut lomba? Seberapa banyak siswa yang jadi juara?
Maka dalam hal ini, Sekolah memfasilitasi setiap bakat anaknya, mengembangkan setiap nilai positif siswanya, tanpa harus selalu jadi juara dalam perlombaan. Karena tanggungjawab sekolah bukan untuk kelompok anak-anak yang dianggap berprestasi dalam kompetisi saja, namun untuk semua siswa di sekolah.
Ketika semua atau mayoritas anak di sekolah belajarnya sudah karena kesadarannya sendiri tanpa terperintah orang lain. Ketika mayoritas anak sudah terbiasa menunjukan karakter positif dengan kesadarannya, ketika mayoritas anak sudah percaya diri pada kemampuannya, ketika mayoritas anak sudah cakap mengatur hidupnya sendiri dengan potensi yang dimilikinya, ketika mayoritas anak mampu berinteraksi, berkolaborasi dan menempatkan diri di lingkungannya. Tanpa anak-anaknya harus jadi juara apapun, maka saat itulah sebuah lembaga pendidikan sudah mendapatkan prestasi tertingginya.